RIWAYAT HIDUP RINGKAS TUANKU TAMBUSAI
Oleh: Ir. L.P. Hasibuan
TUANKU TAMBUSAI namanya banyak yang sekaligus bercerita mengenai hidup dan kehidupannya.
penjajahan begitupun dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Ulama Besar sebagian orang menganggap beliau seorang Aulia karena mendapat
kelebihan dari Tuhan. Umur yang panjang 140 tahun orang yang mengislamkan masyarakat dari Rokan sampai ke Asahan dan diberi kurnia untuk
mengisi keislaman masyarakat yang diislamkannya. Seorang yang menguasai ilmu gaib; Sasterawan dan Pujangga Ulung; Imam; Peramal. Seorang
Pejuang yang tidak mau menyerah kepada Penjajah. hatinya lembut seperti sutra, tetapi kekerasan hatinya dan semangatnya lebih keras dari waja.
Itulah Tuanku Tambusai Pahlawan di mata manusia dan Tuhan.
- Hamonanganatau si Monang panggilan sehari-hari di Batangonang.
- Si Kosimpanggilan sehari-hari di Daludalu sewaktu menjadi kernet penjaga kuda Pedagang Garam.
- Abu Qasim namanya yang dikenali sewaktu menjadi murid diparpondokan (pesantren) Maulana Syekh Abdullah Halim dan Syekh Muhammad Saleh Tembusai.
- Fakih Muhammad gelar yang diberikan kedua Syekh tersebut setelah dia menyelesaikan pelajaran dari mereka.
- Tuanku Tembusai gelar yang diberikan Gerakan Wahabi (Padri) sebagai Panglima Padri untuk mengislamkan Tanah Batak bagian Timur. Yang dimulai dari Bentengnya di Tambusai (Daludalu).
- Datuk Sutan Bagindo Ilang. Na Ilang-ilang tarida. Ilang di Lumban Bata Ditoru tarida di Lumban Bata Ditoru. Na sumolom laut Jabarulla. Lumban Bata Diginjang maksudnya di atas Khatulistiwa seperti negeri Arab, Turki dan Eropa. Laut Jabarulla maksudnya Selat Gibraltar. Kepergiannya ke Inggeris untuk mengikat perjanjian itu secara rahsia. Itulah sebabnya disebut nasumolom atau yang menyelam dia ke Inggeris itu.
- Datuk Tuongku Aji Malim Leman namanya dalam turi-turian (folklore - cerita rakyat) yang sudah tersebar luas di Tapanuli Selatan.
- Dolidoli Manjalak Dongan Guru na Baun Margondang Dua Saraban. Maksudnya seorang yang selalu mencari kawan dia orang Batak yang pandai membawakan irama Batak dan Minangkabau. Tidak canggung.
- Syekh Abdul Wahab Tuan Guru Babussalam (Besilam). Nama Tuanku Tambusai selama bersembunyi di bawah ketiak Belanda di Langkat. Sejarah hidupnya dimulai dari Daressalam (Daludalu) dan berakhir di Babussalam (Besilam).
- Nama Tuanku Tambusai dikenali setelah meninggal ialah:
penjajahan begitupun dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Ulama Besar sebagian orang menganggap beliau seorang Aulia karena mendapat
kelebihan dari Tuhan. Umur yang panjang 140 tahun orang yang mengislamkan masyarakat dari Rokan sampai ke Asahan dan diberi kurnia untuk
mengisi keislaman masyarakat yang diislamkannya. Seorang yang menguasai ilmu gaib; Sasterawan dan Pujangga Ulung; Imam; Peramal. Seorang
Pejuang yang tidak mau menyerah kepada Penjajah. hatinya lembut seperti sutra, tetapi kekerasan hatinya dan semangatnya lebih keras dari waja.
Itulah Tuanku Tambusai Pahlawan di mata manusia dan Tuhan.
PENJELASAN RINGKAS MENGENAI IDENTITAS TUANKU TAMBUSAI
1. NAMA
Nama dari Tuanku Tambusai dari data-data Sutan Martua Raja yang terdapat dalam buku TUANKU RAO karangan Ir. Onggang Parlindungan adalah
Momonangan Harahap.
Di Batangonang sewaktu beliau masih kecil dipanggil si Monang. Di Daludalu kecamatan Tembusai beliau dipanggil si Kosim.
Dari penjelasan Pak Bahrum adik Mr. Amir Syarifuddin mantan Perdana Menteri Republik Indonesia, nama-nama keturunan mereka selalu terdiri dari
dua kata. Jadi nama Tuanku Tambusai sewaktu kecil adalah KOSIM HAMONANGAN HARAHAP.
Setelah Kosim Hamonangan menamatkan pelajaran agama dari Tuan Syekh Tembusai dia mendapat gelar Fakih Muhammad. Fakih adalah gelar yang
diberikan kepada orang yang ahli dalam ilmu Syaraf. Sebutlah sarjana bidang Hukum Syariat Islam.
Dalam cerita turi-turian yang disebar luaskan Tuanku Tambusai untuk membakar semangat rakyat supaya tetap anti kepada penjajahan nama beliau
disebut Datuk Tuangku Aji Malim Leman.
Datuk nama yang biasa di daerah Minangkabau. Seakan memberitahu beliau banyak tersangkut dengan masyarakat Minangkabau.
Tuanku dalam bahasa dan kebiasaan Batak disebut Tuongku. Seakan bercerita bahwa beliau bangga akan jabatan dan pangkatnya dalam pasukan
Padri dengan pangkat jendral Padri tersebut.
Aji nama kehormatan kepada orang yang memiliki ilmu gaib dan mistik.
Malim sebutan kepada orang yang taat melaksanakan agama Islam.
Si Leman nama lelaki di Tapanuli Selatan berasal dari nama Nabi Sulaiman. Seorang Nabi yang bisa berhubungan dengan makluk halus dan Jin.
Beliau juga dalam turi-turian itu menyebut namanya sewaktu muda Datuk Baginda Ilang, na ilang-ilang tarida. Na pulang balik tu Moka Madina na
manyolom laut Jabarulla.
Begitulah Tuanku Tambusai bercerita mengenai kehidupan dan domisilinya yang tidak tetap. Hilang dari tempat satu muncul di tempat lain. Bahkan
entah berapa kali mengunjungi Mekah dan Madina.
Tuanku Tambusai pernah belajar ilmu perang pada Tentera Turki di Arabia terutama bidang perbentengan (Fortification Technics). Pernah menjadi Duta
Khusus Gerakan Wahabi untuk Saudi Arabia. Menggantikan Tuanku Tinaro yang meninggal di Arabia. Tuanku Tambusai berada di sana tahun 1818 -
1821. Dalam tahun ini juga Tuanku Tambusai berbulan-bulan mengikuti Raja Faisal bergerilya di Gurun Nesyed Hadramaut melawan kekuasaan Turki
di Negeri Arab> Na Sumolom Laut Jabarullah atau menyelam Laut Gibraltar maksudnya Tuanku Tambusai pernah juga ke Eropah menyeberangi Selat
Jibraltar. Mungkin ke Inggeris secara rahasia kepergiannya itu.
Di dalam negeri juga Tuanku Tambusai selalu berpindah-pindah sewaktu bergerilya melawan Penjajah Belanda untuk menghilangkan jejak. Kuburan
Tuanku Tambusai yang palau ada 6 tempat yang diketahui. Demikian Tuanku tambusai memilih namanya Datuk Baginda Ilang yang dapat bercerita
panjang tentang kehidupan dan perjalanannya.
Dalam buku Riwayat Hidup Syekh Abd Wahab pendiri pesantren Babussalam (Besilam) yang dikarang Fuad Said disebut nama kecil Tuan Guru
Syekh Abd Wahab adalah Abu Qasim. Sedang menurut penyelidikan Penulis (Ir. L.P. Hasibuan) Tuan Guru tersebut adalah Tuanku Tambusai yang
bersembunyi di bawah ketiak Penjajah Belanda selama ini. Penjelasan dan bukti-bukti Tuan Guru Syekh Wahab adalah Tuanku Tambusai dapat dilihat
pada buku yang berjudul: "Menyingkap Jejak Tuanku Tambusai" dan buku berjudul: "Menyingkap Riwayat Hidup Tuan Guru Syekh Abd Wahab",
karangan Ir. L.P. Hasibuan.
Tuanku Tambusai adalah nama yang diberikan Gerakan Wahabi kepadanya. Tuanku maksudnya pimpinan Padri (Jendral) di dalam kemiliteran.
Sedang Tambusai adalah nama daerah di Riau sebesar kecamatan. Daludalu adalah ibukota Kecamatan Tembusai. Karena dari Daludalu inilah titik
tolak Tuanku Tambusai dalam mengislamlkan daerah bagian timur Tapanuli.
Benteng Daludalu itu oleh Tuanku Tambusai disebut Benteng Daressalam (pintu keselamatan).
Ompu Baleo Baleo adalah nama Tuanku Tambusai setelah beliau melepaskan semua yang berbau Minangkabau, dan selanjutnya berjuang melawan
Belanda menurut versi orang Batak di Daerah Batak.
Sebagai kesimpulan nama beliau dapatlah disebut:
KOSIM HAMONANGAN alias FAKIH MUHAMMAD alias TUANKU TAMBUSAI alias OMPU BALEO alias SHEKH ABD. WAHAB ROKAN ALKHALIDI,
bermarga HARAHAP.
2. TEMPAT / KAMPUNG KELAHIRAN
Dari Buku Tuanku Rao
Dari data-data Sutan Martua Raja (SMR) yang terdapat pada buku Tuanku Rao jelas disebut, bahwa Tuanku Tambusai berasal dari Batangonang.
Umur 10 tahun dia telah menjadia anak yatim piatu. Hatinya yang kuat untuk menuntut ilmu agama Islam dia mengikutkan rombongan kuda kuli
pedagang garam ke Daludalu. Batangonang kebetulan merupakan daerah lintas mereka dari Siabu - Damar Nagodang ke Daludalu. Pedagang Garam
ini selalu bermalam di Batangonang sebelum melanjutkan perjalanan. Dari Pedagang Garam inilah ayah Tuanku Tambusai memperoleh kabar bahwa di
Tambusai ada dua orang Tuan Syekh yang dalam pengetahuannya dibidang agama. Tetapi belum sempat ayahnya mengantar dia ke Tembusai
ayahnya sudah meninggal. Itulah sebabnya dia mengikutkan rombongan pedagang itu supaya bisa meneruskan cita-cita ayahnya.
Guna mengumpulkan belanja selama bersekolah nantinya, untuk beberapa tahun dia menjadi kernet Pedagang-Pedagang tersebut di Daludalu.
Sewaktu Pedagang itu istirihat ataupun berbelanja di pasar dialah yang memberi makan dan memandikan kuda-kuda Pedagang iyu. Daludalu pada
waktu itu merupakan persimpangan lintas Pedagang Garam. Dari pantai dibawa barang-barang dari luar negeri, sedang dari pedalaman di bawa hasil
bumi. Mereka disebut Pedagang Garam karena mereka selalu membawa garam ke pedalaman disamping dagangan lainnya.
Tuanku Tambusai rajin melaksanakan tugasnya sebagai kernet itu sehingga Pedagang-Pedagang itu senang kepadanya. Bukan saja dai dapat
mengumpulkan uang untuk belanja mengaji, tetapi juga dia menguasai sifat-sifat kuda yang dijaganya.
Pengetahuannya mengenai sifat-sifat kuda ini ternyata dapat mengangkat namanya di dalam pasukan Padri yang menitikberatkan kepada Cavalrist /
Pasukan Berkuda.
Setelah dia menamatkan pelajaran agama dari kedua Tuan Syekh di Tembusai, dia mendapat gelar Fakih Muhammad.
Umur yang masih muda dan haus akan memperdalam agama dia pergi ke Kamang masuk ke Pesantren Tuanku Nan Renceh. Demikian advis dari
dari Pedagang Garam dari Minangkabau, bahwa di Pesantren Tuanku Nan Renceh diajarkan pengetahuan Islam yang baru dari Mazhab Hambali.
Pada saat itu Tuanku Nan Renceh (Gerakan Wahabi) hendak mengislamkan masyarakat Batak secara massal. Itulah sebabnya dia memasuki
anggota Pasukan Padri tersebut. Kebetulan kepadanya dipercayakan memimpin Pasukan Padri di bagian Timur Tanah Batak tersebut.
Dari Folklore Turi-Turian
Turi-turian ni Datuk Tuongku Aji Malim Leman adalah salah satu turi-turian yang disebarluaskan Tuanku Tambusai untuk membakar semangat rakyat
supaya tetap anti kepada Penjajah. Masih banyak judul turi-turian lainnya yang dissesuaikan kepada tempat dan masyarakat yang hendak diinsafkan.
Seperti turi-turian ni "tunggang Hayuara Mera", turi-turian ni "Sutan Naposo Di Langit", dan lain-lain.
Turi-turian ni Datuk Tuongku Aji Malim Leman seakan merupakan induk turi-turian yang dibuat Tuanku Tambusai. Turi-turian ini boleh dikatakan "The
Story Tell Himself".
Dalam turia-turian ini disebut dia tinggal di Kuala Batang Muar. Tetapi kampung kelahirannya di "Pulo Alang Pulo Iling Pulo Haluang Mambariba".
Terselubung.
Pulo Alang = Satu daerah yang terdiri dari alang-alang atau padang yang luas = Padang Laweh = Padang Lawas.
Pulo Iling = Orang Minangkabau kalau ke Tapanuli melalui daerah yang Iling atau daerah yang miring. Kampung-kampung pun di sana dibuat di
daerah iling (miring) di lereng bukit. Seperti Muara Sipongi, Pakantan dan lain-lain.
Orang Minang mengambil inde (ibu) ke daerah Iling. Mengambil inde atau kawin dalam bahasa Minang adalah mande. Jadi Mande ke
daerah Iling menjadi Mandeiling atau Mandailing.
Pulo Haluang Mambariba = Satu daerah itu setengahnya masih tempat kelelawar tidur. Belum terusik oleh pengaruh luar terutama agama Islam.
Tuanku Tambusai sudah beragama Islam jadi dia datang dari bagian yang telah terusik atau Tapanuli Selatan.
Jadi Pulo Alang Pulo Iling Pulo Haluang Mambariba = Dari Tapanuli Selatan antara Padang Lawas dan Mandailing. Kampung termaksud adalah
Batangonang. Lihat peta.
Dari Buku Syekh Abd. Wahab Tuan Guru Babussalam Karangan H.A. Fuad Said.
Syekh Abd. Wahab Tuan Guru Babussalam tidak lain adalah Tuanku Tambusai. Demikian terungkap pada buku "Menyingkap Tabir Riwayat Hidup
Tuan Guru Babussalam Syekh Abd. Wahab" karangan Ir. L.P. Hasibuan.
Dalam buku Syekh Abd. Wahab Tuan Guru Babussalam karangan H.A. Fuad Said ada disebut Tuan Guru tinggal di Tanah Putih, tetapi kampung
kelahirannya di kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Negeri Tinggi, Rokan Tengah, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau.
Nama dari Tuanku Tambusai dari data-data Sutan Martua Raja yang terdapat dalam buku TUANKU RAO karangan Ir. Onggang Parlindungan adalah
Momonangan Harahap.
Di Batangonang sewaktu beliau masih kecil dipanggil si Monang. Di Daludalu kecamatan Tembusai beliau dipanggil si Kosim.
Dari penjelasan Pak Bahrum adik Mr. Amir Syarifuddin mantan Perdana Menteri Republik Indonesia, nama-nama keturunan mereka selalu terdiri dari
dua kata. Jadi nama Tuanku Tambusai sewaktu kecil adalah KOSIM HAMONANGAN HARAHAP.
Setelah Kosim Hamonangan menamatkan pelajaran agama dari Tuan Syekh Tembusai dia mendapat gelar Fakih Muhammad. Fakih adalah gelar yang
diberikan kepada orang yang ahli dalam ilmu Syaraf. Sebutlah sarjana bidang Hukum Syariat Islam.
Dalam cerita turi-turian yang disebar luaskan Tuanku Tambusai untuk membakar semangat rakyat supaya tetap anti kepada penjajahan nama beliau
disebut Datuk Tuangku Aji Malim Leman.
Datuk nama yang biasa di daerah Minangkabau. Seakan memberitahu beliau banyak tersangkut dengan masyarakat Minangkabau.
Tuanku dalam bahasa dan kebiasaan Batak disebut Tuongku. Seakan bercerita bahwa beliau bangga akan jabatan dan pangkatnya dalam pasukan
Padri dengan pangkat jendral Padri tersebut.
Aji nama kehormatan kepada orang yang memiliki ilmu gaib dan mistik.
Malim sebutan kepada orang yang taat melaksanakan agama Islam.
Si Leman nama lelaki di Tapanuli Selatan berasal dari nama Nabi Sulaiman. Seorang Nabi yang bisa berhubungan dengan makluk halus dan Jin.
Beliau juga dalam turi-turian itu menyebut namanya sewaktu muda Datuk Baginda Ilang, na ilang-ilang tarida. Na pulang balik tu Moka Madina na
manyolom laut Jabarulla.
Begitulah Tuanku Tambusai bercerita mengenai kehidupan dan domisilinya yang tidak tetap. Hilang dari tempat satu muncul di tempat lain. Bahkan
entah berapa kali mengunjungi Mekah dan Madina.
Tuanku Tambusai pernah belajar ilmu perang pada Tentera Turki di Arabia terutama bidang perbentengan (Fortification Technics). Pernah menjadi Duta
Khusus Gerakan Wahabi untuk Saudi Arabia. Menggantikan Tuanku Tinaro yang meninggal di Arabia. Tuanku Tambusai berada di sana tahun 1818 -
1821. Dalam tahun ini juga Tuanku Tambusai berbulan-bulan mengikuti Raja Faisal bergerilya di Gurun Nesyed Hadramaut melawan kekuasaan Turki
di Negeri Arab> Na Sumolom Laut Jabarullah atau menyelam Laut Gibraltar maksudnya Tuanku Tambusai pernah juga ke Eropah menyeberangi Selat
Jibraltar. Mungkin ke Inggeris secara rahasia kepergiannya itu.
Di dalam negeri juga Tuanku Tambusai selalu berpindah-pindah sewaktu bergerilya melawan Penjajah Belanda untuk menghilangkan jejak. Kuburan
Tuanku Tambusai yang palau ada 6 tempat yang diketahui. Demikian Tuanku tambusai memilih namanya Datuk Baginda Ilang yang dapat bercerita
panjang tentang kehidupan dan perjalanannya.
Dalam buku Riwayat Hidup Syekh Abd Wahab pendiri pesantren Babussalam (Besilam) yang dikarang Fuad Said disebut nama kecil Tuan Guru
Syekh Abd Wahab adalah Abu Qasim. Sedang menurut penyelidikan Penulis (Ir. L.P. Hasibuan) Tuan Guru tersebut adalah Tuanku Tambusai yang
bersembunyi di bawah ketiak Penjajah Belanda selama ini. Penjelasan dan bukti-bukti Tuan Guru Syekh Wahab adalah Tuanku Tambusai dapat dilihat
pada buku yang berjudul: "Menyingkap Jejak Tuanku Tambusai" dan buku berjudul: "Menyingkap Riwayat Hidup Tuan Guru Syekh Abd Wahab",
karangan Ir. L.P. Hasibuan.
Tuanku Tambusai adalah nama yang diberikan Gerakan Wahabi kepadanya. Tuanku maksudnya pimpinan Padri (Jendral) di dalam kemiliteran.
Sedang Tambusai adalah nama daerah di Riau sebesar kecamatan. Daludalu adalah ibukota Kecamatan Tembusai. Karena dari Daludalu inilah titik
tolak Tuanku Tambusai dalam mengislamlkan daerah bagian timur Tapanuli.
Benteng Daludalu itu oleh Tuanku Tambusai disebut Benteng Daressalam (pintu keselamatan).
Ompu Baleo Baleo adalah nama Tuanku Tambusai setelah beliau melepaskan semua yang berbau Minangkabau, dan selanjutnya berjuang melawan
Belanda menurut versi orang Batak di Daerah Batak.
Sebagai kesimpulan nama beliau dapatlah disebut:
KOSIM HAMONANGAN alias FAKIH MUHAMMAD alias TUANKU TAMBUSAI alias OMPU BALEO alias SHEKH ABD. WAHAB ROKAN ALKHALIDI,
bermarga HARAHAP.
2. TEMPAT / KAMPUNG KELAHIRAN
Dari Buku Tuanku Rao
Dari data-data Sutan Martua Raja (SMR) yang terdapat pada buku Tuanku Rao jelas disebut, bahwa Tuanku Tambusai berasal dari Batangonang.
Umur 10 tahun dia telah menjadia anak yatim piatu. Hatinya yang kuat untuk menuntut ilmu agama Islam dia mengikutkan rombongan kuda kuli
pedagang garam ke Daludalu. Batangonang kebetulan merupakan daerah lintas mereka dari Siabu - Damar Nagodang ke Daludalu. Pedagang Garam
ini selalu bermalam di Batangonang sebelum melanjutkan perjalanan. Dari Pedagang Garam inilah ayah Tuanku Tambusai memperoleh kabar bahwa di
Tambusai ada dua orang Tuan Syekh yang dalam pengetahuannya dibidang agama. Tetapi belum sempat ayahnya mengantar dia ke Tembusai
ayahnya sudah meninggal. Itulah sebabnya dia mengikutkan rombongan pedagang itu supaya bisa meneruskan cita-cita ayahnya.
Guna mengumpulkan belanja selama bersekolah nantinya, untuk beberapa tahun dia menjadi kernet Pedagang-Pedagang tersebut di Daludalu.
Sewaktu Pedagang itu istirihat ataupun berbelanja di pasar dialah yang memberi makan dan memandikan kuda-kuda Pedagang iyu. Daludalu pada
waktu itu merupakan persimpangan lintas Pedagang Garam. Dari pantai dibawa barang-barang dari luar negeri, sedang dari pedalaman di bawa hasil
bumi. Mereka disebut Pedagang Garam karena mereka selalu membawa garam ke pedalaman disamping dagangan lainnya.
Tuanku Tambusai rajin melaksanakan tugasnya sebagai kernet itu sehingga Pedagang-Pedagang itu senang kepadanya. Bukan saja dai dapat
mengumpulkan uang untuk belanja mengaji, tetapi juga dia menguasai sifat-sifat kuda yang dijaganya.
Pengetahuannya mengenai sifat-sifat kuda ini ternyata dapat mengangkat namanya di dalam pasukan Padri yang menitikberatkan kepada Cavalrist /
Pasukan Berkuda.
Setelah dia menamatkan pelajaran agama dari kedua Tuan Syekh di Tembusai, dia mendapat gelar Fakih Muhammad.
Umur yang masih muda dan haus akan memperdalam agama dia pergi ke Kamang masuk ke Pesantren Tuanku Nan Renceh. Demikian advis dari
dari Pedagang Garam dari Minangkabau, bahwa di Pesantren Tuanku Nan Renceh diajarkan pengetahuan Islam yang baru dari Mazhab Hambali.
Pada saat itu Tuanku Nan Renceh (Gerakan Wahabi) hendak mengislamkan masyarakat Batak secara massal. Itulah sebabnya dia memasuki
anggota Pasukan Padri tersebut. Kebetulan kepadanya dipercayakan memimpin Pasukan Padri di bagian Timur Tanah Batak tersebut.
Dari Folklore Turi-Turian
Turi-turian ni Datuk Tuongku Aji Malim Leman adalah salah satu turi-turian yang disebarluaskan Tuanku Tambusai untuk membakar semangat rakyat
supaya tetap anti kepada Penjajah. Masih banyak judul turi-turian lainnya yang dissesuaikan kepada tempat dan masyarakat yang hendak diinsafkan.
Seperti turi-turian ni "tunggang Hayuara Mera", turi-turian ni "Sutan Naposo Di Langit", dan lain-lain.
Turi-turian ni Datuk Tuongku Aji Malim Leman seakan merupakan induk turi-turian yang dibuat Tuanku Tambusai. Turi-turian ini boleh dikatakan "The
Story Tell Himself".
Dalam turia-turian ini disebut dia tinggal di Kuala Batang Muar. Tetapi kampung kelahirannya di "Pulo Alang Pulo Iling Pulo Haluang Mambariba".
Terselubung.
Pulo Alang = Satu daerah yang terdiri dari alang-alang atau padang yang luas = Padang Laweh = Padang Lawas.
Pulo Iling = Orang Minangkabau kalau ke Tapanuli melalui daerah yang Iling atau daerah yang miring. Kampung-kampung pun di sana dibuat di
daerah iling (miring) di lereng bukit. Seperti Muara Sipongi, Pakantan dan lain-lain.
Orang Minang mengambil inde (ibu) ke daerah Iling. Mengambil inde atau kawin dalam bahasa Minang adalah mande. Jadi Mande ke
daerah Iling menjadi Mandeiling atau Mandailing.
Pulo Haluang Mambariba = Satu daerah itu setengahnya masih tempat kelelawar tidur. Belum terusik oleh pengaruh luar terutama agama Islam.
Tuanku Tambusai sudah beragama Islam jadi dia datang dari bagian yang telah terusik atau Tapanuli Selatan.
Jadi Pulo Alang Pulo Iling Pulo Haluang Mambariba = Dari Tapanuli Selatan antara Padang Lawas dan Mandailing. Kampung termaksud adalah
Batangonang. Lihat peta.
Dari Buku Syekh Abd. Wahab Tuan Guru Babussalam Karangan H.A. Fuad Said.
Syekh Abd. Wahab Tuan Guru Babussalam tidak lain adalah Tuanku Tambusai. Demikian terungkap pada buku "Menyingkap Tabir Riwayat Hidup
Tuan Guru Babussalam Syekh Abd. Wahab" karangan Ir. L.P. Hasibuan.
Dalam buku Syekh Abd. Wahab Tuan Guru Babussalam karangan H.A. Fuad Said ada disebut Tuan Guru tinggal di Tanah Putih, tetapi kampung
kelahirannya di kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Negeri Tinggi, Rokan Tengah, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau.